Tambang Nikel Ancam Keindahan Raja Ampat: Laut dan Hutan di Persimpangan

Sabtu 14-06-2025,17:46 WIB
Reporter : Cut Rizka A
Editor : Cut Rizka A

PAPUABARAT.DISWAY.ID - Raja Ampat dikenal sebagai surga alam Papua, terkenal karena kekayaan lautnya yang menyimpan lebih dari 500 jenis terumbu karang—setara dengan 75 persen jenis terumbu karang di seluruh dunia.

 

Tak hanya lautnya, hutan Raja Ampat juga menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Wilayah ini menjadi habitat bagi beragam spesies flora dan fauna endemik. Karena nilai ekologisnya yang tinggi, UNESCO menetapkannya sebagai Geopark pada tahun 2023.

BACA JUGA:Raja Ampat Melawan: Protes Tambang Nikel dan Aksi Diam Menteri ESDM yang Dikecam Publik

 

Bagi masyarakat setempat, terutama penduduk Pulau Arborek, laut dan hutan bukan hanya bagian dari lingkungan hidup, tetapi juga sumber utama penghidupan. Mereka telah lama menggantungkan hidup sebagai nelayan. Dalam beberapa tahun terakhir, warga mulai mengembangkan sektor pariwisata, membuka homestay hingga layanan wisata menyelam bagi pengunjung yang datang menikmati keindahan bawah laut Raja Ampat.

 

Namun, harapan atas pariwisata yang berkelanjutan kini dibayangi kekhawatiran. Masyarakat Arborek cemas bahwa kegiatan pertambangan nikel dapat merusak ekosistem laut yang menjadi daya tarik utama wisata, termasuk terumbu karang dan habitat ikan pari manta.

 

Beberapa waktu lalu, pemerintah mencabut izin tambang dari empat perusahaan yang beroperasi di wilayah Raja Ampat. Meski demikian, PT Gag Nikel tetap diizinkan beroperasi karena dinilai telah memenuhi ketentuan AMDAL. Saat ini, pemerintah telah menghentikan sementara operasi perusahaan tersebut untuk meninjau dampak lingkungannya.

BACA JUGA:Eksplorasi Raja Ampat: Destinasi Wisata Penuh Pesona

 

Sebagai induk perusahaan PT Gag Nikel, PT Antam menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah mengenai langkah perbaikan dalam operasional tambangnya.

 

Walau Pulau Gag—lokasi pertambangan—berjarak sekitar 42 kilometer dari kawasan wisata utama Raja Ampat, para ahli tetap mengingatkan tentang risiko lingkungan. Profesor Yusthinus Tobhias Male dari Universitas Pattimura, yang juga pakar logam berat, menyebut bahwa ekosistem laut Raja Ampat bisa terdampak oleh ion logam berat dari sedimen nikel.

 

Dengan kekayaan terumbu karang yang luar biasa, Raja Ampat tak hanya milik Papua, tapi dunia. Sudah saatnya semua pihak bersama-sama menjaga kelestariannya.

Kategori :

Terpopuler